Selain susu sapi, mengenal sejarah kerajinan logam tembaga dan kuningan di Tumang, Desa Cepogo menjadi salah satu identitas Boyolali yang sudah berabad abad dan sudah terkenal hingga ke mancanegara. kerajinan logam ini sudah menjadi mata pencaharian utama di wilayah Tumang, bahan utama yang digunakan berasal dari tembaga dan kuningan.

Seni kerajinan logam Tumang ini telah ditetapkan oleh Kemenristek, sebagai  Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Indonesia. Peneliti dari Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti menyebut dari penelusuran sejarah keberadaan yang dilakukan sejak tahun 2018, didapatkan gambaran bawah keberadaan seni kerajinan logam sudah ada semenjak awal berdirinya Mataram Islam di abad ke-16 yang dikembangkan oleh Kyai Rogosasi. Kyai Rogosasi kemudian menikah dengan putri dari sebuah padepokan atau pesantren yang kemudian memilih mengembangkan diri di luar tembok keraton. Perkembangan kerajinan tembaga Tumang berkembang pesat setelah Kyai Rogosasi menetap dan mendirikan padepokan di Tumang.

Seni kriya logam sudah ada di nusantara jauh sebelum abad ke-16, perkembangannya di Dusun Tumang sudah dikenal sebagai tempat pengolahan logam. Sejak Kyai Rogosari menetap di Tumang, Keraton tak tinggal diam.Tiga Empu dikirim dari keraton untuk mendampingi Kyai Rogosasi tersebut. Setelah itu, kerajinan Tumang semakin berkembang dan pengetahuan tersebut diwariskan secara turun temurun hingga saat ini dan membentuk Dusun Tumang sebagai kawasan industri kerajinan logam.

Kyai Rogosasi dan pengikutnya yang memiliki keahlian dalam membuat senjata dan perhiasan kemudian mengembangkan logam untuk alat rumah tangga. Perajin kemudian mulai mengembangkan seni kriya seperti sekarang ini.